Langsung ke konten utama

Postingan

Unggulan

Rezeki dan Dengki

Saat masih sekolah, pelajaran agama tentang merasa cukup, tidak iri hati, bebas dari dengki, dan bersabar terasa mengawang-awang. Nilai-nilai itu seperti asap di atas kepala—terlihat, tapi tak bisa kutangkap maknanya. Yang paling kuingat dari masa putih abu-abu adalah pelajaran tentang qanaah. Itu pelajaran yang paling mudah kupahami, sebab artinya hanya: merasa cukup. Sesederhana itu. Berapa pun rezeki yang Allah beri, kita harus bersyukur, tanpa gerutu atau protes. Rezeki, katanya, sudah ditakar sejak kita masih dalam rahim. Namun, ternyata butuh waktu bertahun-tahun—hingga aku bekerja, bertemu banyak orang, dan menikah—untuk benar-benar memahami makna qanaah. Saat itulah aku menyadari, alasan utama tubuh dan pikiranku bergerak setiap hari adalah untuk mencari rezeki. Aku tidak pernah muluk-muluk. Dalam hidup, aku hanya ingin cukup. Saat ini, asal istri dan anakku bisa makan dan hidup layak, hatiku sudah tenang. Aku tak mengejar baju atau sepatu bermerek, tak mendamba mobil atau moto...

Postingan Terbaru

Mari Berjalan Lebih Lambat

STY Dipecat, Auto Susah Move On!

Nafkah

Tak Ada

Ternyata Sedalam Ini Cinta (untuk istri)

Memasak adalah Seni, dan Seni adalah ledakan

Kapan Kita Menjadi Orang Lain?

Hal-hal yang Baru Disadari Pasca Nikah

Kesabaran

Love Bombing dan Cowok Manipulatif