Canawi dan 20 Kucingnya
"Puss.. puss..” Canawi memanggil kucing-kucingnya, dua puluh jumlahnya. Canawi menaruh satu piring berisi ikan bandeng dan sisa ayam yang ia makan tadi. Dielusnya satu persatu kucing-kucing itu. Seperti biasa, di tiap pagi, setelah makan dan menghisap dua batang rokok, Canawi memberi makan kucing-kucingnya. Ia sangat mengenali kucing-kucing—yang bisa dibilang—gembel itu. Kucing-kucing itu ia temukan di berbagai tempat yang ia singgahi. Misalnya, Joko, kucing lusuh yang ia temui di Warung Boedi Siang Malam. Ketika Canawi pulang mencari sampah, kucing itu menggerayangi kaki Canawi. Mengikuti arah pulang, hingga menjadi bodyguard setiap kali Canawi bekerja. Atau, Santoso, kucing berwarna oranye bergaris-garis hitam, yang ia temui kala makan di Angkringan 77. Santoso dengan wajah memelas, meminta sesuap ikan kepadanya. Canawi, entah kenapa, selalu menemukan kucing dalam 20 hari terakhir. Ada yang ia temukan hampir mati kelaparan. Ada yang ia ajak pergi sesaat setelah diusir penjaga ...








