Hal-hal yang Baru Disadari Pasca Nikah
18 hari pasca akad..
Enggak ada kata yang pantas dituliskan, atau sekadar didengungkan dalam hati, selain syukur yang teramat buat Yang di Atas. Sebab, setelah lima tahun penantian, kesabaran itu melahirkan buahnya. Tumbuh bunga setelah kemarau melibas semua kesegaran. Jika Sudjiwo Tejo pernah bilang, cuma orang beruntung yang menikah dengan orang yang dicintai, maka gue termasuk di dalamnya.
Sekarang, tiap pagi, rembulan di wajahnya terlihat depan mata. Binar rembulan di bawah halisnya, serta aroma khasnya menyambut subuh yang basah. Jika ada orang yang bertanya kenapa gue memilih dia, si penanya bisa liat sendiri di tempat yang sekarang gue tinggali. Semua warna favorit gue (baca: putih), mendominasi ruangan. Piring-piring tersusun rapi di rak, putih. Rice Cooker, putih. Mesin cuci, putih. Dominasi putih memenuhi ruangan. Lebih dari sekadar arti warna, semua barang yang ia pilih berwarna putih itu menandakan bahwa dia paling mengerti gue.
Belum lagi Energen dan Indocafe, serta telur rebus di pagi hari. Semuanya terasa nikmat. Ya Allah jagalah semuanya dengan keridhaan-Mu.
Namun bukan tentang kenikmatan itu yang ingin gue bagi di tulisan ini. Ada hal mengganjal lainnya yang perlu dikeluarkan. Uneg-uneg itu tentang hal-hal yang baru gue sadari dalam hidup setelah menikah, dan hal-hal itu adalah:
Pentingnya Menghadiri Undangan Teman
Waktu bujangan, gue enggak pernah mengerti kenapa kita semua harus dateng kondangan. Bahkan, kondangan menjadi hal menyebalkan buat gue. Karena, di kondangan, kita harus merogoh kocek, mengeluarkan tenaga, effort, menyisihkan waktu hanya untuk menyaksikan kebahagiaan orang lain, yang belum tentu kitanya lagi bahagia. Sekarang, gue mengerti pentingnya kehadiran kita buat temen yang lagi ngadain resepsi nikah.
Gue sadar karena, bukan cuma sekali gue pernah mengeluarkan effort hanya untuk kondangan. Gue pernah nembus hujan, bahkan sampai membiarkan tubuh basah kuyup, sampe Maghrib datang. Gue pernah nyasar karena kondangan yang jauh banget ke rumah temen. Di tengah kesibukan, gue sempetin kondangan. Tapi, setelah gue mengeluarkan segala macam effort itu, temen gue yang gue kondangin, malah enggak dateng. Nyesek! Gue lebih rispek sama orang yang dateng kondangan, terus dia masukkin duit 2 rebu di dalam amplop buat gue (Ini beneran ada), daripada sama orang yang gue pernah kondangin, tapi dia enggak dateng dan enggak ada kabar sama sekali.
Sekarang, gue makin mengerti arti kehadiran kita buat orang yang ngundang kita. Ah, pantesan Rasulullah menyebut menghadiri undangan adalah kewajiban. Sungguh benar apa yang Rasul sampaikan.
Lebih Sayang ke Orang Tua
Hal kedua yang baru gue rasain setelah menikah adalah semakin tumbuhnya rasa sayang gue terhadap keluarga, terutama ibu dan bapak. Belum ada seminggu setelah nikah, gue merasa sangat kangen dengan ibu gue, bahkan sampe nangis. Gue nangis karena mengingat bahwa ibu selalu ada di setiap fase kehidupan. Dari kecil diajak kemana-mana, masuk SD, ngambil raport, lulus sekolah, kuliah, nganggur, ngelamar kerja. Ibu mencukupi semua kehidupan gue. Juga bapak, segala cara ia tempuh buat nyekolahin, ngasih makan, ngasih kecukupan, dan hal-hal berharga lainnya. Dan sekarang gue harus lepas dari naungan itu. Baju gue biasanya dicuci sama ibu, sekarang diserahin ke istri. Makanan-makanan yang gue suka bukan ibu lagi yang bikin, tapi istri. Enggak ada lagi yang nyuruh masukin motor kalo udah malem, yang bangunin buat kerja.
Uh, hal-hal yang dulu terasa mengesalkan dari orang tua, sekarang berubah jadi rindu. Jadi kangen yang susah dijelasin. Jadi lebih pengen ngobrol setiap hari, tapi sayangnya waktu terlalu sempit.
Enggak Boleh Leha-leha Lagi
Gue kena omel istri karena bangun tidur scroll sosmed. Iya, sih. Kebiasaan buruk yang enggak boleh lagi gue lakuin. Tapi, yang bikin gue sadar bukan karena omelan itu. Tapi karena di hari pertama istri kerja setelah menikah, gue jadi penyebab dia terlambat. Gue nyesel setengah mati. Gue sedih ngeliat dia buru-buru, ngejar waktu, ngantuk, capek, sementara gue lemah banget dan leha-leha. Gue berjanji setelah itu, enggak akan leha-leha lagi. Sekarang, rutinitas gue di rumah adalah cuci piring dan nyapu. Hal sederhana tapi sangat amat jarang gue lakuin sebagai bujangan yang anak mami. Gue enggak boleh leha-leha lagi, karena sekarang hidup gue melibatkan istri. Gue enggak pengen jadi suami nyusahin!
Mungkin itu dulu aja deh, tangan udah pegel, mau nonton film dulu. Daaah!!!



Komentar
Posting Komentar