Ternyata Sedalam Ini Cinta (untuk istri)

 






Ketika pintu itu terbuka, mengalirlah segala air. Di sana perasaan bergumul, mengeroyok, bahkan kadang menyayat tanpa perlu tahu definisi.

Apakah itu rasa sayang, yang tak seorang pun bisa menjabarkan?

Aku takut kehilanganmu. Dan ketakutan itu melahap habis semua ketenanganku. Jiwaku membeku tiap kali kau sakit. Batinku tercabik tiap kau menjerit. Nadiku merengek tiap kali kau menahan getir.

Aku ingin sepanjang waktu bersamamu. Dan perasaan itu menyiksa tiap kali kaupergi, bahkan tiap kali kupergi. Aku ingin memelukmu untuk tahu arti tenang, tapi ketenangan sejati tak ada dalam pelukan. Sebab ketenangan sejati, ada ketika aku tahu, kau tak akan pergi.

Melangkah lebih berat dari biasanya, bahkan untuk melahap sesuap nasi dan meredam dahagaku. Menembus udara di langit, lebih tajam dari biasanya. Sebab bentangan kilometer dan lautan seakan membelah pertemuan lebih dalam dari pukulan Musa di laut merah.

Tidak ada yang tahu betapa berat. Mungkin cuma Si Pencipta Cinta, yang tahu betapa aku menanggung rasa takut ini.

Aku tidak ingin kau kekurangan tidur. Aku tidak ingin kau menahan lapar. Aku tidak ingin air matamu jatuh sebab luka. Di senyumanmu, kelegaan itu ada. Tertawalah lepas dan bermainlah seperti sebelumnya. Berleha-lehalah seperti ratu.

Ada jutaan kata maaf yang tertahan di dada. Kata maaf dan syukur yang lidahku tak kuasa merapalnya.

Aku ingin kau memahami lebih dalam tentang hal yang tersimpan di palung paling dasar di dada ini. Semua yang tidak terjamah oleh kata-kata, terusir diksi dan metafora.

Kini, teman-teman dan keramaian masih ada, lekat mereka menghiasi hariku. Namun itu semua laksana sunyi, hanya kau yang nyata. Gemerlap bising menjelma sepi serupa aku tenggelam.

Ternyata sedalam itu cinta. Tidak pernah kurasakan sebelum kalimat sumpah lima detik yang kuucap di depan khalayak dan orang tuamu. Ternyata sedalam itu rasa takut kehilangan yang terasa sebab cinta. Ternyata sedalam itu cinta yang tidak palsu. Ternyata sedalam itu cinta yang sebenar-benarnya cinta. Ah, jika saja mereka tahu.

Jika saja mereka tahu, menangis ditinggalkan kekasih di bangku sekolah, ditolak perempuan, dan dibunuh rindu sebab galau, semua tak lebih dalam dari cinta yang sejati ini. Cinta, yang dengan tangan-Nya ia ada. Jika saja mereka tahu, mungkin kesedihan-kesedihan itu hanya terasa menepuk bedak di telapak.

Cinta ini nyata dan kau yang menjelma utama. Rabb, izinkan kami bahagia hingga tua. Hingga kembali, bersama-sama.

[]



Komentar

Postingan Populer